Sang Pembimbing

Sejak awal aku memang punya minat yang besar dalam hal tulis menulis. Berawal dari membaca novel cinta My heart,aku pun berkeinginan menciptakan sebuah novel cinta. Tapi sayang,sampai sekarang belum ada satu novel pun yang berhasil kuliris. Aku kekurangan ilmu olah bahasa,juga ilmu-ilmu pendorong lainya yang bisa membantuku untuk menjadi seorang novelis. Aku terhenti.
Sampai ku dengar di pesantrenku ini ada sebuah Forum pembelajaran kepenulisan.Hatiku terpanggil untuk bergabung. Tapi belum jelas apa nama Forum itu, juga dengan siapa aku bisa mengajukan diri untuk bergabung.
Aku terus mencari informasi. Semua teman-teman sudah ku tanya. Tapi ternyata mereka sama sekali tak tau menahu tentang Forum itu. Ya wajar saja,kami kan baru hendak naik ke kelas dua Tsanawiyah jadi masih belum terlalu terbiasa bergaul di pesantren ini. Apalagi aku yang orangnya terkesan cuek. Jadi susah untuk akrab dengan orang lain.
Dan setelah mencari hampir setengah tahun lamanya,tepatnya tiga bulan tiga mingguan barang kali. Akhirnya kutemukan juga apa yang ku cari itu.
Siang itu,kulihat temanku Aziz sedang asyik mencorat-coret bukunya. Aku jadi penasaran apa yang sebenarnya dia coret. Dan ternyata dia sedang menulis cerpen. Hah,cerpen..?! Iya,cerpen!
Saat ku tanya untuk apa dia nulis cerpen,dia menjawab bahwa itu adalah tugas dari FPP.
Oh ternyata nama Forum itu FPP. Aku langsung menanyakan banyak hal. Mulai dari apa FPP itu sebenarnya, apa saja kegiatanya,siapa pendirinya, ketuanya, dan pastinya tentang bagaimana caranya untuk bergabung di sana. Aziz bilang, sebenarnya aku bisa saja langsung ikut dalam pertemuan FPP yang diadakan malam itu dan langsung resmi menjadi anggota tanpa perlu mendaftar macam-macam. Tapi aku menolaknya,ku rasa itu kurang berkesan. Ku pinta Aziz menyampaikan niatku untuk bergabung kepada Zian selaku ketua dan pembimbing saat itu. Terpaksalah aku minta tolong kepada Aziz,karena dia memang seniorku jadinya lebih banyak tau tentang pesantren ini daripada aku.
Singkat cerita, sejak itu aku pun aktif dalam FPP. Dan setelah dua bulan aku bergabung, nama FPP pun menyebar ke seantaro pesantren. Ini semua adalah buah dari kegeniusan sang pembimbing FPP,
ZIAN ARMIE WAHYUFI. Dapat di lihat di mading pesantren, setiap edisinya di isi oleh karya-karya anak-anak FPP. Di tambah lagi dengan embel-embelan FPP dibelakang nama pencipta karya itu makin mengokohkan bahwa FPP telah berhasil menanamkan bibit-bibit penulis yang kelak mungkin bisa menjadi penulis nomor wahid indonesia. Itu mungkin saja terjadi kalau melihat semangat sang pembimbing yang menggebu.
Sekarang FPP telah mampu menerbitkan majalah yang sepandan dengan majalah sastra luar. Namun kayaknya sang pembimbing akan merubah total FPP, yang asalnya adalah tempat pembelajaran kepenulisan menjadi sebuah komunitas penulis yang didalamnya hanya ada orang yang benar-benar suka menulis. Menjadikan menulis sebagai keindahan, bukan suatu beban yang melelahkan.
Label:
5 Responses
  1. Anonim Says:

    pokoknya tulis apa yang ingin kamu tulis.


  2. M.Ansyar Says:

    @ muhammad qori
    okey bro!



  3. M.Ansyar Says:

    @ zian xfiy
    He..he..., santai ja muhanya....!


  4. Mantap! Teruskan kreasimu!!